Oleh : Yudi Sirojuddin Syarief
ABSTRAK
Islam
dalam pandangan masyarakat Sunda adalah bagian dari dirinya yang tak bisa dipisahkan.
Islam Sunda dan Sunda Islam kemudian menjadi sebuah jargon yang mewakili keterpaduan
antara masyarakat Sunda dengan agama yang dianutnya yakni Islam. Sejatinya
keterpaduan antara Sunda dan Islam dapat dilihat dari karya yang saling
memengaruhi satu sama lain. Salah satunya ada dalam ranah tafsir al-Qur’an. Makalah
ini dimaksudkan untuk melacak kronologi kemunculan karya tafsir berbahasa Sunda
periode abad ke-20, karena lahirnya tafsir di Nusantara baru hadir pada abad
tersebut. Tidak hanya itu, tulisan ini juga ingin mengurai metode penafsiran
yang dipakai oleh para mufassir dengan menggunakan metodologi penafsiran yang
sudah baku.
Kata
kunci : Islam, Sunda, Tafsir, Al-Qur’an.
Pendahuluan
Al-Qur’an
merupakan pedoman hidup utama umat Islam. Sebagai pedoman, tentunya al-Qur’an
harus dapat dipahami maknanya. Untuk dapat memahami makna al-Qur’an diperlukan
pengetahuan tentang bahasa Arab. Namun, dalam memahami al-Qur’an tidak hanya
pengetahuan bahasa Arab saja yang diperlukan, tapi juga pengetahuan lain yang
berkaitan erat dengan al-Quran, seperti : asba>b al-nuzu>l, ilmu qira>’a>t,
na>sikh mansu>kh, dll.
Sejatinya
bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab. Bahasa al-Qur’an hakikatnya tidak dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa apapun di dunia. Bukan karena tidak ada orang
yang mengerti bahasa Arab, bukan pula karena tidak ada padanan katanya dalam
bahasa lain. Namun karena bahasa Arab dijadikan bahasa al-Qur’an bahasa kitab
suci sehingga menjadikannya bahasa yang transenden dan sakral. Anehnya, Al-Qur’an
adalah sebuah kitab yang paling banyak dibaca orang dan diulang-ulang lagi
membacanya meskipun orang tersebut tidak tahu maknanya.
Sakralitas
kebahasaan tidak menjadikan al-Qur’an kemudian tidak diterjemahkan sama sekali.
Bahkan berbagai bahasa pernah menerjemahkan al-Qur’an. Artinya disini, dalam
pemahaman umat Islam bahasa al-Qur’an tidak dapat digantikan dengan bahasa lain
oleh karenanya dalam terjemahan al-Qur’an biasanya redaksi aslinya yang dalam
bahasa Arab tetap disertakan disamping terjemahan atau tafsirnya.
Sebagai agama yang datang kemudian, Islam adalah unsur 'luar'
bagi orang Sunda. Maka keberislaman orang Sunda dapat diukur dari karya yang
dihasilkan atas perpaduan unsur 'dalam' sebagai fitrah masyarakat Sunda, dan
unsur 'luar', yakni Islam.
Masyarakat
Sunda yang menganggap dirinya adalah bagian yang tak terpisahkan dengan Islam,
juga mencoba memahami bahasa al-Quran dengan menerjemahkan bahkan menafsirkan
al-Qur’an. Meskipun penerjemahan al-Quran ataupun penafsirannya baru dapat
dilaksanakan setelah abad ke-19, namun ternyata karya yang dihasilkannya tidak
sedikit.